Sabtu, 14 Januari 2012

Kebutuhan Dasar Manusia

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (SC, IM, IV dan ID)


A. PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
   Pemberian obat melalui parenteral berarti pemberian obat melalui injeksi atau infuse. Obat yang diberikan secara parenteral akan diabsorbsi lebih banyak dan bereaksi lebih cepat daripada obat yang diberikan secara topikal atau oral.  Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang  tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak kooperatif, dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,  dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien serta dapat menyebabkan resiko infeksi bila perawat tidak memperhatikan dan melakukan tehnik aseptik dan antiseptik pada saat pemberian  obat.  Pemberian obat parenteral dapat diberikan secara:


1. SUB KUTAN (SC)
            Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah  kulit yang dapat dilakukan pada  lengan atas bagian luar, paha bagian anterior, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal. Tempat injeksi harus bebas infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan  tulang  dan otot atau saraf besar dibawahnya, tidak pada area yang nyeri, merah, pruritus dan edema.
v Alat dan Bahan

1)        Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
2)        Obat dalam tempatnya
3)        Spuit insulin (ukuran spuit 0,5 ml - 60 ml, umumnya menggunakan spuit ukuran 5 ml)
4)        Kapas alkohol dalam tempatnya
5)        Cairan pelarut
6)        Bak injeksi
7)        Bengkok
8)        Perlak dan alasnya


v Prosedur Kerja

1)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan
3)        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
4)        Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
5)        Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
6)        Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
7)        Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan permukaan kulit
8)        Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9)        Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam bengkok. Kemudian buang ke tempat khusus pembuangan jarum yaitu
10)    Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberian obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
11)    Cuci tangan

2. INTRAMUSCULAR (IM)
            Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal, otot Dorsogluteus dan otot Deltoid. Tujuannya agar absorbsi obat lebih cepat karena pembuluh darah  lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam , tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
v Alat dan Bahan

1)        Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2)        Obat dalam tempatnya
3)        Spuit dan  jarum sesuai dengan ukuran: dewasa, panjang 2,5-3,75 cm, anak,  panjang : 1,25-2,5cm, nomor  jarum 14 – 28 gauge (semakin besar ukuran gauge jarum/ besar jarum, maka semakin kecil diameternya) umumnya pada IM menggunakan jarum yang berukuran 19 - 22.
4)        Kapas alkohol dalam tempatnya
5)        Cairan pelarut
6)        Bak injeksi
7)        Bengkok

v Prosedur Kerja

1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi
4)        Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan)
5)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan;
a)        Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi
b)        Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
c)        Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah
d)       Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
6)        Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus (900).
7)        Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
8)        Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
9)        Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian
10)    Cuci tangan.

3. INTRAVENA
            Cara pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu  peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi,. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.


v Alat dan Bahan

1)        Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)        Obat dalam tempatnya
3)        Spuit 1 cc / spuit insulin
4)        Kapas alcohol dalam tempatnya
5)        Cairan pelarut
6)        Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7)        Bengkok
8)        Perlak dan alasnya
9)        Karet pembendung

v Prosedur Kerja

1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan
4)        Ambil obat dalam  tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengan larutan pelarut ( aquades)
5)        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6)        Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7)        Desinfeksi dengan kapas alkohol
8)        Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9)        Ambil spuit yang berisi obat
10)    Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah
11)    Lakukan aspirasi bila sudah  ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung masukkan obat hingga habis
12)    Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, pastikan sampai darah tidak keluar lagi  dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13)    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14)    Cuci tangan

4. INTRADERMAL
            Perawat biasanya memberikan  injeksi intradermal untuk uji kulit atau untuk tes alergi kulit. Pada umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Karena keras, obat intradermal disuntikkan  ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat.  Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.
v Alat dan Bahan

1)        Catatan pemberian obat
2)        Obat dalam tempatnya
3)        Spuit 1 cc/ spuit insulin
4)        Kapas alkohol dalam tempatnya
5)        Cairan pelarut
6)        Bak injeksi
7)        Bengkok
8)        Perlak dan alasnya

v Prosedur Pemberian

1)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)        Cuci tangan
3)        Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan
4)        Pasang perlak atau pengalas pada bawah daerah yang akan dilakukan injeksi intradermal
5)        Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan dengan aquades (cairan pelarut), ambil 0,55 cc, lalu siapkan pada bak steril
6)        Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alkohol
7)        Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik
8)        Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk sudut 15-200 terhadap permukaan kulit
9)        Masukkan obat hingga terjadi gelembung
10)    Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase dan tidak boleh di tekan dengan kapas
11)    Catat reaksi pemberian, khusus untuk skin test reaksi alergi ditunjukkan jika
12)    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13)    Dokumentasikan  prosedur  pemberian  obat atau  tes alergi dan respons pasien

B. PROSES KEPERAWATAN DAN OBAT
1. PENGKAJIAN
Faktor-faktor yang harus di kaji:
o  Riwayat medis
o  Riwayat Alergi
o  Data obat
o  Riwayat Diet
o  Kondisi klien terkini
o  Persepsi klien atau masalah koordinasi
o  Sikap klien terhadap penggunaan obat
o  Pengetahuan klien dan pemahaman tentang terapi obat
o  Kebutuhan pembelajaran klien

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh Diagnosa NANDA untuk terapi obat
v Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan:
Ø  Kurang informasi dan pengalaman
Ø  Keterbatasan kognitif
Ø  Tidak mengenal sumber informasi
v Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan:
Ø  Sumber ekonomi yang terbatas
Ø  Keyakinan tentang kesehatan
Ø  Pengaruh budaya
v Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan:
Ø  Penurunan kekuatan
Ø  Nyeri dan ketidaknyamanan
v Perubahan sensori /persepsi yang berhubungan dengan:
Ø  Pandangan kabur
v Ansietas yang berhubungan dengan:
Ø  Status kesehatan yang berubah atau terancam
Ø  Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
Ø  Pola interaksi yang berubah atau terancam
v Penatalaksanaan program terapeutik yang tidak efektif yang berhubungan dengan:
Ø  Terapi obat yang kompleks
Ø  Pengetahuan yang kurang

3. PERENCANAAN
Pencegahan
Sebelum memberikan obat, perawat sebaiknya melakukan :
o  Baca kembali dengan teliti catatan pemakaian obat klien
o  Diet makanan dan cairan klien untuk klien yang akan menjalani pembedahan
o  Hasil pemeriksaan laboratorium, yang berguna untuk mengevaluasi efek pengobatan (terapi dan non terapi).
o  Lakukan pemeriksaan fisik, misalnya : kemampuan menelan (PO),  kondisi pembuluh darah vena (IV),  sistem gastrointestinal (peristaltik, mual, muntah), massa otot (IM), tanda-tanda vital (TD/N/RR/S).
Intervensi
Saat dan setelah memberikan obat, yang harus perawat lakukan adalah :
o  Melakukan observasi akan efek non terapi yang timbul secara teratur
o  Berkolaborasi dengan tim medis dan farmasist untuk bersama-sama membuat strategi untuk meminimalkan efek non terapi yang mungkin timbul pada klien.
o  Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien terkait dengan interaksi obat dengan obat lain yang diberikan, makanan, dan alkohol. Kebiasaan dan sifat adiktif terhadap obat, cara melakukan pencatatan sederhana terkait pemakaian obat mandiri, tanda dan gejala yang mungkin timbul pada reaksi tubuh terhadap efek obat.
Sasaran yang harus di capai:
o  Tidak ada komplikasi yang timbulakibat rute pemberian obat yang digunakan.
o  Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman, sementara kenyamanan klien tetap di pertahankan.
o  Klien dan keluarga memahami terapi obat.
o  Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

4. IMPLEMENTASI

Tindak lanjut atau monitoring yang dapat dilakukan adalah :
o  Kaji kemampuan staf keperawatan yang terlibat dalam melakukan pengkajian tentang pengobatan pada klien.
o  Selalu lakukan dokumentasi yang sesuai dan konsisten terkait respon klien terhadap pengobatan.
o  Berikan perawatan yang sesuai sebagai tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang mungkin timbul terkait pengobatan.
o  Evaluasi selalu sumber masalah kesehatan yang timbul pada klien yang berhubungan dengan kebiasaan klien yang timbul setelah pengobatan dilakukan.
o  Lalukan pendidikan kesehatan untuk mendorong pemahaman dan kedisplinan klien dalam mematuhi regimen / tata laksana pengobatan yang telah ditetapkan.

5. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

a)   Kriteria evaluasi
o  Klien akan memperlihatkan efek / reaksi tubuh yang minimal terhadap pengobatan.
o  Klien dapat memahami regimen / tata laksana pengobatan yang sedang dijalani.
o  Perawat menggunakan  intervensi yang dapat  mencegah masalah medikasi pada klien.
b)   Dokumentasi
o  Perawat melakukan dokumentasi yang menyeluruh dan dapat diakses oleh seluruh tim yang terlibat.
o  Isi dokumentasi pemberian obat yaitu:
ü  Nama obat.
ü  Isi obat
ü  Dosis obat
ü  Waktu pemberian
ü  Rute pemberian


SUMBER
Potter, Patricia, A & Perry, Griffin, Anne. 2005. BUKU AJAR FUNDANMENTAL KEPERAWATAN. Jakarta: EGC.

Hidayat, Alimul, Aziz. 2004. BUKU SAKU PRAKTIKUM KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Jakarta: EGC.