OTITIS MEDIA
AKUT (OMA), OTITIS MEDIA KRONIK (OMK) dan MANNER DISEASE
A. Anatomi Telinga
Tengah
Telinga
tengah tersusun atas membrana timpani di sebelah lateral dan kapsul otik di
sebelah medial. Celah telinga tengah terletak di antara keduanya. Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis auditorius eksternus dan menandai batas
lateral telinga tengah. Telinga tengah merupakan rongga berisi udara yang
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dan dihubungkan dengan
tuba eustachii ke nasofaring. Telinga tengah terdiri atas 3 osikuli, yaitu
malleus, incus dan stapes. Ada 2 jendela kecil (jendela oval dan bulat) di
dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga
dalam. BAgian dataran kaki stapes, menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantarkan ke telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke luar getaran
suara.
Tuba
eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telinga tengah ke nasofaring. Normalnya tuba eustachii selalu
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver valsava atau dengan menguap dan menelan. Tuba bertindak sebagai saluran
drainase untuk sekresi normal dan abnormal telinga tengah dan menyeimbangkan
tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan di atmosfer.
B. Otitis Media Akut
(OMA)
1. Pengertian
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachii, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau
seluruh periosteum telinga tengah atau infeksi telinga telinga tengah yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut terjadi karena faktor
pertahanan tubuh yang menurun. Sumbatan tuba eustachii merupakan faktor
penyebab utama dari otitis media,
sehingga kuman masuk dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Kuman
penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu,
kadang-kadang juga hemofilus influenza,
E. coli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan pseudomonas aerugenosa. Sedangkan Hemofilus influenza sering ditemukan pada
anak-anak.
OMA
ditandai oleh :
a.
Infeksi
oleh mikroorganisme
b.
Terasa
penuh dalam telinga, sakit, hilang pendengaran
2. Ptofisiologi
Otitis Media Kronik (OMA)
Telinga tengah biasanya steril, meskipun
terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme
pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah tersebut oleh silia mukosa
tuba eustachii, enzim dan antibodi. Seperti diketahui bahwa OMA dapat terjadi
karena infeksi saluran nafas atas yang menginvasi telinga tengah melalui tuba
eustachii. Pada bayi, makin sering terserang infeksi saluran nafas atas makin
besar terjadinya OMA.
Pada OMA terjadi
keadaaan yang patologis di mukosa yang melapisi tuba eustachii, telinga tengah
dan sel mastoid, di mana terkumpul sekret, terjadi kerusakan silia sehinnga
tidak dapat mengalirkan sekret menuju tuba eustachii. Adanya kumpulan mukus di
telinga tengah mengakibatkan tekanannya meningkat, membrana timpani meradang
dan menonjol. Tekanan yang tinggi akan mempengaruhi pembuluh darah membrana
timpani. Selanjutnya timbul nekrosis iskemik sehingga terjadi perforasi dan
keluar pus.
3. Gejala
Klinis Otitis Media Akut (OMA)
Gejala klinis otitis media akut
tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi
berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium prforasi. Gejala klinis otitis media akut (OMA) berdasarkan
umur penderita, yaitu :
a. Bayi dan anak kecil
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai
39 0C (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret,
kejang-kejang dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit.
b. Anak yang sudah bisa bicara
Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam
telinga, suhu tubuh tinggi dan riwayat batuk pilek.
c. Anak lebih besar dan orang dewasa
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan
pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).
Stadium OMA berdasarkan perubahan
mukosa telinga yaitu :
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachii
Terdapat gambaran retraksi
membrana timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang
berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan
dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
b. Stadium Hiperemis(presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang
melebar di membrana timpani atau seluruh membrana timpani tampak hiperemis
serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa
sehingga sulit terlihat.
c. Stadium Supurasi
Membrana timpani menonjol
ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat purulen pada kavum
timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta nyeri di
telinga bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia,
tromoflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat
seperti daerah yang lebih lembek kekuningan pada membrana timpani.
d. Stadium Perforasi
Karena pemberian
antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi
ruptur membrana timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke
telinga bagian luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan
turun dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium Resolusi
Bila membrana timpani
tetap utuh, maka akan normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang atau mengering. Bila
daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi
tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila
perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul
lebih dari 3 minggu. Disebut OMSK bila lebih dari 1,5 atau 2 bulan. Dapat
meninggalkan gejala sisa berupa rasa penuh atau kurang dengar.
4. Pemeriksaan
Diagnostik OMA
Pemeriksaan diagnostik OMA, antara lain :
a. Pemeriksaan otoskopik pneumatik
menunjukkan membrana timpani yang penuh, menonjol dengan kerusakan mobilitas.
b. Spesimen rabas telinga (dari membrana
timpani yang ruptur) untuk kultur dapat membantu identifikasi organisme
penyebab.
c. Sinar X pada area mastoideus menunjukkan
kondisi mastoideus patologik, misalnya kolesteatoma atau kekaburan sel-sel
mastoideus.
5. Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan OMA
a.
Pengkajian
1)
Nyeri, biasanya merupakan tanda-tanda awal penyakit akut
2)
Demam (dapat mencapai 40 0C sampai 60 0C)
3)
Eritema pasca auricular dan edema pada penyakit kronik
4)
Terdapat drainase purulen (otorrhea) jika membrane timpani
mengalami perforasi dan juga timbul bau
5)
Nyeri dan nyer tekan pada prosesus mastoideus
6)
Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua
telinga
7)
Tinitus
8)
Perasaan penuh pada telinga
9)
Suara bergema dari suara sendiri
10) Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau
menelan
12) Penggunaan minyak, kapas lidi,
peniti untuk membersihkan telinga
13) Penggunanaan obat (streptomisin,
salisilat, kuirin, gentamisin)
14) Kemampuan membaca bibir atau memakai
bahasa isyarat
15) Reflek kejut
16) Toleransi terhadap bunyi-bunyian
keras
17) Cairan telinga; hitam, kemerahan,
jernih, kuning
18) Alergi
19) Dengan otoskop tuba eustachii
bengkak, merah, suram
20) Adanya riwayat infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya
b.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatannya
antara lain:
1) Nyeri berhubungan dengan proses
peradangan pada telinga
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pengobatan
3) Resiko tinggi injury berhubungan dengan
penurunan persepsi sensori
c.
Intervensi
1) Penatalaksanaan
Medis OMA
Penatalaksanaan otitis media akut bergantung pada
efektifitas terapi (misalnya dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi
terapi), virulensi bakteri dan status fisik pasien. Dengan terapi antibiotika spektrum
luas yang tepat dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang
serius. Bila terjadi pengeluaran cairan, biasanya perlu diresepkan preparat antibiotika. Kondisi bisa berkembang
menjadi sub akut (misalnya berlangsung 3 minggu sampai 3 bulan), dengan
pengeluaran cairan purulen menetap di telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan
pendengaran permanen.
Penatalaksanaan
OMA pada prinsipnya memberikan terapi medikamentosa yang tergantung pada
stadium penyakitnya. Stadium tersebut antara
lain :
a)
Stadium
Oklusi
Pada
stadium ini, pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachii, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% atau HCl 1% dalam larutan fisiologik.
Di samping itu, sumber harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab
infeksi adalah kuman bukan oleh virus atau alergi.
b)
Stadium
Presupurasi
Pada
stadium ini, antibiotika, obat tetes dan analgetika perlu diberikan. Bila
membrana timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi (insisi pada membrana timpani). Antibiotika yang di anjurkan adalah
dari golongan penisilin dan ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal
selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin maka berikan eritromisin.
c)
Stadium
Supurasi
Di
samping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila
membrana timpani masih utuh. Dengan miringotomi, gejala-gejala klinis lebih
cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Pengobatan yang diberikan adalah obat
cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang
adekuat.
d)
Stadium
Perforasi
Diberikan
obat tetes telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotika selama 3 minggu, biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup
dalam 7-10 hari.
e)
Stadium
Resolusi
Pada
stadium ini, jika terjadi resolusi maka membrana timpani berangsur normal
kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membrana timpani menutup. Tetapi
bila tidak terjadi resolusi, akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar
melalui membrana timpani. Pada keadaan demikian, antibiotika dilanjutkan sampai
3 minggu.
2) Penatalaksanaan
Keperawatan OMA
Penatalaksanaan keperawatan OMA antara lain :
a) Memberikan posisi yang nyaman karena
dapat mengurangi nyeri
b) Kompres panas di telinga bagian luar
untuk mengurangi nyeri
c) Kompres dingin untuk mengurangi tekanan
telinga
d) Kolaborasi pemberian analgetik dan
antibiotic
e) Mengkaji tanda-tanda perluasan infeksi,
mastoiditis, vertigo untuk mengurangi perluasan lebih lanjut
f) Jaga kebersihan pada daerah ling telinga
untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
g) Memantau status pendengaran secara
teratur
h) Memantau adanya peningkatan
irritabilitas, demam, kaku leher, mual, muntah, yang mengindikasikan keterlibatan
meningeal.
C.
Otitis Media Kronik (OMK)
1. Pengertian
Otitis Media Kronik (OMK)
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang
mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media kronik
dapat dibagi menjadi dua, aktif dan inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi
dengan pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar
seperti kolesteatoma atau jaringan grsnulasi. Umumnya otorrhea pada otitis
media kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung dari stadium peradangannya. Inaktif merujuk pada sekuele dari
infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar habis, dengan demikian tidak ada
otorrhea. Pasien dengan otitis media kronik inaktif serngkali mengeluh gangguan
pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus atau suatu
rasa penuh dalam telinga. Etiologi otitis media kronik disebabkan oleh
kuman-kuman aerob dan anaerob, yaitu : Kuman aerob ; Gram positif : S. pyogenes, S. albus, Gram negatif : Proteus spp,
Pseudomonas spp, E. coli. Kuman anaerob : Bakteroides spp.
2. Patofisiologi
Otitis Media Kronik (OMK)
Pada OMA yang tidak diobati dengan baik dan adekuat,
bisa terjadi otitis media kronik (OMK). Diduga tuba eustachii tidak berhasil
membuka secukupnya sehingga tekanan udara di ruang kedua sisi gendang telinga
tengah lebih rendah daripada telinga luar. Otitis media yang berulang akan
menghancurkan pars lensa dan tulang pendengaran , luasnya kerusakan tergantung
dari berat dan seringnya penyakit kambuh. Prosesus longus inkus menderita
paling dini karena aliran darah ke daerah ini berkurang. Infeksi sekunder oleh
bakteria dari liang telinga luar menyebabkan keluarnya cairan yang menetap.
3.
Manifestasi Klinis Otitis Media Kronik
(OMK)
a. Peradangan kronis pada telinga tengah,
otitis media berlanjut
b. Tuli, kadang-kadang sakit, pusing
c. Tekanan negatif ditelinga tengah
d. Tersumbatnya eustachii
e. Udara ke ruang tengah terhambat
f. Keluar sekret terus menerus atau hilang
timbul
g. Sekret mungkin encer atau kental, bening
atau nanah dan berlangsung selama lebi 2 bulan.
4.
Pemeriksaan Diagnostik OMK
a. Audiometri dapat dilakukan untuk
mengevaluasi adanya tuli konduktif pada penyakit kronik.
b. X ray menunjukkan kondisi patologik.
c. Melakukan uji reaksi penderita untuk
mengukur dan menentukan lokasi ketulian.
d. Melakukan uji reaksi penderita terhadap
suara percakapan dengan : uji weber, rinne test, pemeriksaan audiogram,
pemeriksaan radiologi.
5. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan OMK
a. Pengkajian
OMK
1) Riwayat
kesehatan sekarang, kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, apa yang digunakan, adakah keluhan seperti pilek dan
batuk.
2) Riwayat
kesehatan masa lalu. Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita
gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan,
bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan (tenang, daerah
isdustri, daerah populasi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
3) Inspeksi:
keadaan umum, adakah cairan yang keluar dari telinga, bagaimana warna, bau,
jumlah dan apakah ada tanda-tanda radang
4) Nyeri
dapat berkurang atau terdapat nyeri tumpul pada mastoideus.
5) Kaji
drainase telinga, keutuhan membrana timpani
6) Kaji
daerah mastoid
b. Diaknosa Keperawatan
1) Hambatan
komunikasi verbal yang behubungan dengan kesukaran memahami orang lain sekunder
akibat kerusakan pendengaran.
2) Resiko
hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan kesukaran berpartisipasi
dalam percakapan.
3) Ketakutan
yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran aktual atau potensial.
4) Isolasi
sosial yang berhubungan dengan kurangnya kontak dengan orang lain sekunder
akibat ketakutan dan keadaan yang memalukan karena kehilangan pendengaran.
5) Nyeri
akut yang berhubungan dengan inflamasi, infeksi, tinitus dan vertigo.
c. Intervensi
1)
Penatalaksanaan
Medis OMK
Penanganan
lokal meliputi pembersihan hati-hati telinga dengan menggunakan mikroskop dan
alat pengisap. Pemberian tetes antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika
sering membantu bila ada cairan purulen. Antibiotika sistemik biasanya tidak
diresepkan kecuali pada kasus infeksi akut.
Berbagai
prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidak efektif.
Yang paling sering adalah timpanoplasti, rekonstruksi bedah membrana timpani
dan osikulus. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi telinga tengah,
menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang dan
memperbaiki pendengaran.
Mastoidektomi,
tujuan pembedahan mastoid adalah untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai
struktur yang sakit dan menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat.
2)
Penatalaksanaan
Keperawatan OMK
a)
Memberikan analgetik
dan kompres dingin pada area untuk mengurangi nyeri.
b)
Mengganti balutan pada
daerah luka.
c)
Obsevasi tanda-tanda
vital untuk mengawasi penyebaran infeksi.
d) Memberikan
sedatif secara hati-hati agar da[at istirahat (kolaborasi).
e)
Memantau status
pendengaran secara teratur.
f)
Mengawasi keadaan yang
dapat menyebebkan injury nervus vacial.
g)
Mengkaji pasien yang
mengalami vertigo setelah operasi.
h)
Memeriksa adanya
hambatan bicara dan bahasa pada anak kecil dengan interval yang teratur akibat
kerusakan pendengaran.
D. Manner Disease
1. Pengertian Manner Disease (penyakit maniere)
Penyakit maniere dinamakan sesuai
dengan nama seorang dokter Perancis, Prosper Maniere, yang pada tahun 1861
pertama kali menerangkan trias gejala (vertigo tak tertahan episodik, tinitus
dan kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi). Penyakit manner masat
kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga
tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malabsorbsi dalam sakus
endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukan karena ada sumbatan duktus
limfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus yang
merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Terdapat berbagai gangguan yang
menyerupai manner disease, seperti trauma, infeksi, alergi, fistula perilimfe
dan otosklerosis .
2. Patofiologi Manner Disease
Penyakit manner disease bisa
disebabkan oleh pengaruh neurokimia dan hormonal. Abnormal pada aliran darah
yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi
dan gangguan auto imun. Penyakit manner dalah keadaan dimana terjadi
ketaidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal disebabkan oleh malabsorbsi
prosedur dekstruktif (labirin dektomi atau neuroktomi saraf vestibular) mungkin
dibutuhkan untuk memberikan pengurangan. Hal ini menyebabkan ketulian total
pada telinga yang sakit.
3. Manifestasi Klinik Manner Disease
a. Gejalanya
berupa serangan vertigo tak tertahankan episodik yang sering disertai mual dan
muntah, yang berlangsung 3-24 jam dan kemudian menghilang perlahan.
b. Secara
periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan
dalam telinga.
c. Kehilangan
pendengaran sensorineural progresif dan fluktuatif. Tinitus bisa menetap atau
hilang timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah atau selama serangan
vertigo.
d. Pada
kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang satu telinga. Pada 10%-15% penderita,
penyakit ini menyerang kedua telinga.
4. Pemeriksaan Diaknostik Manner Disease
a. Pemeriksaan
fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus kranial VIII.
b. Uji
weber akan menunjukan lateralisasi kesisi berlawanan dengan sisi yang terkena
penyakit manner.
c. Test
elektronistagmografi (ENG) membantu membedakan penyakit manner dari lesi
intrakranial. Tes ini mengevaluasi refleks vestibulo okular.
d. Tes
audiometri untuk mengevaluasi untuk kehilangan pendengaran sensorineural.
e. Diagnosa
biasanya didasarkan pada riwayat besama dengan hasil prosedur diagnostik
audiovestibular.
f. Pemindai
CT, MRI dapat digunakan untuk mengesampingkan tumor.
5. Asuhan Keperwatan pada Pasien dengan Manner
Disease
Asuhan
keperawatan pada pasien dengan manner disease, antara lain :
a.
Pengkajian
1) Serangan
pusing yang tiba-tiba dimana pasien merasakan sensasi berputar (vertigo),
serangan dapat berlangsung 10 menit sampai beberapa jam.
2) Tinitus
dan penurunan pendengaran terjadi pada sisi yang terkena.
3) Pasien
mengeluh sakit kepala, mual, muntah, dan ikoordinasi.
b.
Diaknosa
keperawatan
1) Gangguan
rasa nyaman sehubungan dengan proses penyakit.
2) Perubahan
persepsi terhadap rangsang berhubungan dengan hilangnya pendengaran.
3) Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan pelaksanaan perawatan dirumah sakit.
4) Potensial
terjadinya kecelakaan sehubungan dengan hilangnya pendengaran.
5) Nyeri
berhubungan dengan proses peradangan.
6) Gangguan
berkomunikasi berhubungan efek kehilangan pendengaran.
7) Perubahan
persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di saraf pendengaran.
8) Resiko
tinggi trauma berhubungan dengan gangguan persepsi pendengaran.
9) Kurangnya
pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan.
c.
Intervensi
1)
Penatalaksanaan
Medis Manner Disease
a) Asetasolamid,
supresan vestibular dan diuretik. Dapat menurunkan gejala jika serangan sudah
jarang.
b) Antihistamin,
diazepam antiemetik juga dapat digunakan untuk mengendalikan gejala.
c) Kortikosteroid
dapat digunakan untuk mencoba menyelamatkan pendengaran.
d) Jika
terapi obat tidak efektif, pendekatan konservatif melibatkan mendekompresi
kantong endolimfatik atau menanam pirau subaraknoid untuk mengurangi gejala
tanpa merusak fungsi vestibular.
e) Prosedur
destruktif (labirin tektomi neuroktomi saraf vestibular) mungkin dibutuhkan
untuk memberikan pengurangan. Hal ini menyebabkan ketulian total pada telinga
sakit.
2)
Penatalaksanaan
Keperawatan Manner Disease
a) Membantu
pasien mengenali gejala untuk memberikan waktu mempersiapkan diri untuk
serangan dan membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor pencetus yang
spesifik umtuk mengendalikan serangan.
b) Menganjurakan
pasien untuk berbaring diam ditempat yang aman selama serangan.
c) Jika
ada reaksi alergi terhadap makanan, hilangkan makanan tersebut dari diet.
d) Menghindari
kebisingan dan silau karena dapat menimbulkan serangan.
e) Mengajari
pasien tentang program pengobatan, pencetus dan keparahan gejala.
f) Mengajari
pasien untuk waspada terhadap petunjuk-petunjuk sensoris lingkungan lainnya
(visual, olfaktorius, taktil) jika pendengaran terganggu.
g) Mengendalikan
faktor lingkungan dan kebiasaan personal stres dan keletihan.
E.
Evaluasi pada pasien OMA, OMK dan Manner Disease
1.
Ansietas terhadap prosedur pembedahan berkurang
a. Mengungkapkan
dan memperlihatkan pengurangan stres, ketegangan dan peka rangsang.
b. Memberi
tahu perawat bahwa ia dapat menerima hasil pembedahan menyesuaikan kemungkinan
gangguan pendengaran.
2.
Bebas dari rasa tidak nyaman dan nyeri
a. Tidak
memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau menangis
b. Meminum
analgetik bila perlu
3.
Tidak ada tanda atau gejala infeksi
a. TTV
normal
b. Tidak
mengeluakan cairan purulen dari canalis auditorius eksternus
c. Menggambarkan
cara menghindarkan air kontaminasi balutan
4.
Pendengaran stabil atau membaik
a. Menerangkan
sasaran pembedahan terhadap pendengaran dan bila sasaran telah tercapai
b. Mengungkapkan
bahwa suara yang tidak dapat terdengar sebelum operasi dapat didengar pada
pascaoperasi
5.
Menunjukan tidak ada cedera atau trauma akibat vertigo
a. Melaporkan
bahwa tidak menderita vertigo atau gangguan keseimbangan
b. Tidak
mengalami cedera atau jatuh
c. Menyesuaikan
lingkungan untuk menghindari jatuh (misal: lampu malam, tak ada pendakian atau
tangga)
6.
Tidak mengalami atau telah menyesuaikan terhadap perubahan persepsi sensori
a. Tidak
ada gangguan pengecapan, mulut kering atau lumpuh wajah
7.
Memperlihatkan integritas kulit yang baik
a. Menyusun
cara yang dapat mencegah terlapasnya graft atau
prosthesis
b. Mengungkapkan
kembali pembatasan aktivitas dan mandi, mengangkat beban dan bepergian dengan
pesawat terbang
8. Memahami (dibuktikan dengan percakapan) alasan
dan metode perawatan atau tindakan
a.
Berbagi pengetahuan
dengan keluarga mengenai protokol penanganan
b.
menerangkan penanganan
dan kerangka waktu mengenai fase pemulihan
c.
Mendiskusikan rencana
pemulangan yang telah disusun bersama perawat sesuai periode istirahat, obat
dan aktifitas yang diperbolehkan dan dibatasi
d.
Menyebutkankan gejala
yang harus dilaporkan kepada personel perawatan kesehatan
e.
Mematuhi perjanjian
kunjungan tindak lanjut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar